Jumat, 20 Januari 2023

Kesultanan Cirebon

Sejarah awal Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang berdiri antara abad ke-15 hingga abad ke-17. Pada masanya, kerajaan ini pernah menjadi pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran. Hal ini karena Kerajaan Cirebon terletak di pantai utara Jawa, antara perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pendiri Kerajaan Cirebon adalah Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Pertumbuhan dan perkembangan pesat dialami kerajaan ini saat diperintah oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (1479-1568 M). 

 


Di bawah kekuasaannya, Kesultanan Cirebon mengalami pertumbuhan pesat di bidang agama, politik, maupun ekonomi. Setelah lebih dari dua abad berdiri, Kerajaan Cirebon runtuh pada abad ke-17. Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Cirebon Sejarah awal Kerajaan Cirebon Sumber sejarah Kerajaan Cirebon didapat dari Babad Tanah Sunda dan Carita Purwaka Caruban Nagari. Berdasarkan dua sumber tersebut, diketahui bahwa Cirebon pada awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Dengan dukungan pelabuhan yang ramai, wilayahnya pun berkembang menjadi kota besar di pesisir utara Jawa. Setelah Ki Gedeng Tapa wafat, cucunya yang bernama Walangsungsang, mendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian, orang yang dianggap sebagai pendiri Kesultanan Cirebon adalah Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. Usai menunaikan ibadah haji, ia dikenal sebagai Haji Abdullah Iman dan tampil sebagai raja Cirebon pertama yang aktif menyebarkan agama Islam kepada rakyatnya.

 


Perkembangan agama Islam dan masa keemasan Kerajaan Cirebon Salah satu raja terkenal Kerajaan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, yang berkuasa antara 1479-1568 M. Selain memajukan kerajaan, Syarif Hidayatullah berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Cirebon. Pada masa pemerintahannya, ia banyak menaklukkan daerah di Pulau Jawa untuk kepentingan politik dan menyebarkan ajaran Islam. Beberapa wilayah yang berhasil dikuasai adalah Banten, Sunda Kelapa, dan Rajagaluh. Sementara di bidang perekonomian, Sunan Gunung Jati menitikberatkan pada perdagangan dengan berbagai bangsa, seperti Campa, Malaka, India, Cina, dan Arab. Sunan Gunung Jati kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat.  

 

Keruntuhan Kerajaan Cirebon
Runtuhnya Kerajaan Cirebon dimulai pada 1666, pada masa pemerintahan Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi. Penyebab keruntuhan dilatarbelakangi oleh fitnah dari Sultan Amangkurat I, penguasa Mataram yang juga mertua Panembahan Ratu II. Sultan Amangkurat I memanggil Panembahan Ratu II ke Surakarta dan menuduhnya telah bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram. Akibatnya, Panembahan Ratu diasingkan dan wafat di Surakarta pada 1667. Setelah Panembahan Ratu II wafat, kekosongan dalam Kerajaan Cirebon diambil alih oleh Mataram. Pengambilalihan sepihak ini memicu amarah dari Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa di Banten. Sultan Ageng Tirtayasa kemudian turun tangan untuk membebaskan putra Panembahan Ratu II yang juga diasingkan oleh Mataram. Setelah itu, Kesultanan Cirebon terpecah menjadi tiga, yang masing-masing berkuasa dan menurunkan para sultan berikutnya. Pecahnya kesultanan juga menandai runtuhnya Kerajaan Cirebon, karena keadaan semakin diperkeruh dengan politik adu domba VOC. Peninggalan Kerajaan Cirebon Keraton Kasepuhan Keraton Kanoman Keraton Kacirebon Masjid Agung Cirebon Makam Sunan Gunung Jati
  

Peninggalan Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon meninggalkan banyak peninggalan berupa bangunan, seni, budaya, dan tradisi yang masih dilestarikan hingga kini. Beberapa peninggalan kerajaan ini antara lain:

– Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang merupakan istana-istana dari dua kesultanan yang berasal dari Kerajaan Cirebon. Di dalam keraton-keraton ini terdapat berbagai koleksi benda-benda bersejarah, seperti pusaka, keris, gamelan, wayang, batik, dan lain-lain.
– Makam Sunan Gunung Jati, yang merupakan tempat peristirahatan terakhir dari pendiri Kerajaan Cirebon. Makam ini terletak di Gunung Jati, Cirebon. Di sekitar makam ini terdapat kompleks masjid dan pesantren yang masih berfungsi hingga kini.
– Masjid Agung Sang Cipta Rasa, yang merupakan masjid tertua di Jawa Barat. Masjid ini dibangun oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1480 Masehi. Masjid ini memiliki arsitektur yang unik dengan pengaruh Hindu-Buddha, Islam, dan Eropa.
– Seni batik Cirebon, yang merupakan salah satu jenis batik khas Indonesia. Seni batik Cirebon memiliki motif-motif yang bercorak Islam, seperti megamendung, parang rusak, macan ali, dan lain-lain. Seni batik Cirebon juga memiliki warna-warna yang cerah dan kontras.
– Seni wayang golek cepak, yang merupakan salah satu jenis wayang golek yang dikembangkan oleh Sunan Gunung Jati. Seni wayang golek cepak menggabungkan unsur-unsur Hindu-Buddha dan Islam dalam cerita dan tokohnya. Seni wayang golek cepak juga memiliki ciri khas berupa kepala wayang yang berbentuk bulat atau cepak.

Sumber:
(1) Kerajaan Cirebon: Letak, Pendiri, Masa Kejayaan, dan Peninggalan. https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/28/162453079/kerajaan-cirebon-letak-pendiri-masa-kejayaan-dan-peninggalan.
(2) Sejarah Singkat Kesultanan Cirebon: Kerajaan Islam Sunda Pertama – Tirto.ID. https://tirto.id/sejarah-singkat-kesultanan-cirebon-kerajaan-islam-sunda-pertama-ga1T.
(3) Kesultanan Cirebon – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Cirebon.
(4) Masa Kejayaan Kerajaan Cirebon dan Rajanya. https://www.msn.com/id-id/berita/other/masa-kejayaan-kerajaan-cirebon-dan-rajanya/ar-AA1c4FbE.
(5) Masa Kejayaan Kerajaan Banten dan Rajanya. https://www.msn.com/id-id/berita/other/masa-kejayaan-kerajaan-banten-dan-rajanya/ar-AA1bWqa1.